Islam Mosque 4 Ibnu Abdil Ghany Al - Bughury: MENGENAL BID'AH

Senin, 12 Desember 2011

MENGENAL BID'AH


Bagaimana cara kita mengenal Bid’ah [1]
Ketika bid’ah itu dinamakan oleh Nabi Shalallahu alaihi wa sallam sebagai sejelek-jelek
urusan - yakni di dalam urusan Agama-, dan sesuatu yang muhdats dan kesesatan, maka
satu hal yang penting bagi kita untuk mengenal bid’ah yang telah ditegaskan oleh Nabi yang
mulia Shalallahu alaihi wa sallam di dalam sabdanya yang lalu bahwa “Setiap bid’ah itu sesat”
(HR.Muslim juz III hal.11, Nasaa-i juz III hal.188-189).

Salah satu hikmah yang dalam dari sabda beliau di atas agar kita menjauhid segala
macam bentuk bid’ah sejauh-jauhnya, sepanjang pengetahuan kita, baik bid’ah yang berakibat
kufur atau yang di bawahnya.

Adapun cara kita mengetahui atau mengenal bahwa perbuatan itu bid’ah, maka para
ulama kita telah menjelaskan di kitab-kitab mereka yang sangat berharga sekali beberapa
kaidah yang dengannya kita dapat mengetahui bahwa perbuatan itu bid’ah.
Salah satu di antara ulama kita itu ialah Ahli Hadits besar pada Abad ini Al Imam Al
Albani. Beliau menerangkan di kitabnya Ahkaamul Janaa-iz hal.242, bagaimana cara kita
mengenal bid’ah yang telah di jelaskan oleh Agama akan kesesatannya. Beliau (Syaikh Al
Albani) berkata: “Sesungguhnya bid’ah yang telah dijelaskan kesesatannya oleh Agama
itu meliputi:

1. Segala sesuatu yang menyalahi Sunnah, baik dari perkataan atau pun perbuatan atau
keyakinan (I’tiqad) meskipun keluar dari Ijtihad.

Penulis berkata: Dari penjelasan Syaikh kita mengetahui, bahwa adakalanya bid’ah itu
timbul atau keluar dari sebagian ulama. Meskipun ulama itu tidak dinamakan pembuat bid’ah
dan tida berdosa. Bahkan mereka memperoleh satu ganjaran karena hasil usaha ijtihadnya
tersebut walau pun salah. Dan kesalahan ijtihad ini sama sekali tidak boleh diikuti oleh kaum
muslimin.
Tentu saja yang dimaksud dengan ulama disini adalah para ulama mujtahidin bukan
kaum muqallidin. Dan mereka berijtihad dengan ilmu bukan dengan hawa. Ini disebabkan
karena para Ulama kita telah ijma’ mengeluarkan kaum muqallidin dan pengikut hawa nafsu
dari rombongan para ulama.
(Baca: I’laamul Muwaqqi’in di muqaddimahnya)
Berkata al Imam Suyuthi:
“Sesungguhnya muqallid itu tidak dinamakan seorang yang alim”
(silsilah adh Dha’ifah Juz II hal.18)

2. Setiap urusan yang dikerjakan untuk mendekatkan diri kepada Allah padahal telah
datang larangannya dari Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam.

Berkata Syaikh Ali Hasan di kitabnya Ilmu Ushulil Bida’ hal.78:
“Seperti orang yang puasa sepanjang masa (terus-menerus), dan yang mengkhususkan hari
jum’at untuk puasa.”

3. Setiap urusan yang tidak mungkin disyari’atkan, kecuali dengan nash (dalil) atau tauqif
(menunggu keterangan dari Nabi Shalallahu alaihi wa sallam) sedangkan nash tidak ada,
maka itulah bid’ah
. Kecuali yang datang dari shahabat dan dikerjakan berulang kali, serta
tidak ada yang mengingkarinya (dari shahabat yang lain).

4. Memasukan adat - adat kaum kuffar di dalam Ibadah (kaum muslimin)
Penulis berkata: Contoh dalam masalah ini banyak sekali, salah satunya ialaha
mengucapkan selamat hari natal kepada orang-orang Nashara (Kristen).
Anehnya bid’ah mungkar yang syirik ini bukan hanya dilakukan oleh sebagian kaum muslimin
yang awam, akan tetapi diperbolehkan -kalau tidak mau dikatakan disukai mengucapkannya-
Oleh Quraisy Shihab yang disebut-sebut sebagai ahli tafsir Indonesia di Kitabnya:
“Membumikan...” !? Ini merupakan salah satu keajaiban dari keajaiban-keajaiban takdir Allah
kepada orang ini, sehingga terlihat jelas kebodohannya yang begitu sempurna!

5. Setiap (Ibadah) yang disukai oleh sebagaian ulama istimewa ulama mutaakhirin,
padahal tidak ada dalil sama sekali.

6. Setiap ibadah yang tidak datang caranya (Kaifiyah-nya) kecuali dari hadits dha’if
(lemah) dan maudhu’ (palsu).

Penulis berkata: Yakni, salah satu pengambilan (maraaji’) dari ibadah dan ahlinya yaitu
dari hadits dha’if (lemah), sangat dha’if, maudhu’, hadits-hadits yang tidak ada asal-usulnya
(Laa ashla lahu) dan lain-lain.

*Dari sini timbul-lah berbagai macam bid’ah seperti*:

1. Bid’ahnya bahwa “Perselisihan itu rahmat” datang dari hadits yang tidak ada asalusulnya.
(no:57) [2]

2. Bid’ahnya bahwa Agama itu adalah akal. Datang dari hadits palsu (no:1)

3. Bid’ahnya pengamalan: “Beramal-lah untuk duniamu, dan beramal-lah untuk akhiratmu
seolah-olah engkau mati besok!? Datang dari hadits yang tidak ada asal-usulnya. (no.8)

4. Bid’ahnya keyakinan dan pengamalan: Bertawasul-lah dengan kebesaranku, karena
sesungguhnya kebesaranku di sisi Allah sangatlah besar. Datang dari hadits yang tidak
ada asal-usulnya (no.22)

5. Bid’ahnya keyakinan dan pengamalan bahwa mencintai tanah air itu sebagian dari
iman !? datang dari hadits yang tidak ada asal-usulnya (no.36)

6. Bid’ahnya keyakinan dan pengamalan bahwa orang yang tidur sesudah Ashar hilang
akalnya!? datang dari hadits dha’if (no.39)

7. Bid’ahnya bahwa puasa itu tidak diterima oleh Allah kecuali dengan zakat Fithri. Datang
dari hadits dha’if (no.43)

8. Bid’ahnya: Keutamaan menziarahi kubur Nabi shalallahu alaihi wa sallam ketika
menunaikan Ibadah Haji. Datang dari hadits-hadits palsu. (no.45, 46, 47)

9. Bid’ahnya keyakinan: bahwa binatang-binatang kurban itu akan menjadi tunggangan
di atas shirath. Datang dari hadits yang tidak ada asal-usulnya. (no.74)

10. Bid’ahnya: berdzikir dengan biji-bijian tasbih. Datang dari hadits dha’if dan maudhu’
(palsu) (no. 83, 1002)

11. Bid’ahnya keyakinan: bahwa thalaq menggoncangkan ‘Asry. Datang dari hadits palsu
(no.147)

12. Bid’ahnya keyakinan dan pengamalan: tidak boleh melihat aurat istri dan banyak
berbicara ketika berjima’, karena dapat menimbulkan kebutaan dan bisu !? Datang dari
hadits-hadits palsu (no.195, 196, 197)

13. Bid’ahnya bahwa keyakinan: Ahli bid’ah tidak mendapat syafa’at Nabi Shalallahu
alaihi wa sallam. Datang dari hadits munkar. (no.209)

14. Bid’ahnya keyakinan dan pengamalan tentang keutamaan memaki cincin batu aqiq.
Datang dari hadits-hadits palsu (no. 226, 227, 228, 229, 230)

15. Bid’ahnya keyakinan dan pengamalan: Barang siapa yang membaca surah al
Waaqi’ah setiap malam tidak akan miskin selamanya. Datang dari hadits dha’if. (no.289,
290)

16. Bid’ahnya keyakinan dan pengamalan: barang siapa yang jatuh cinta, lalu ia
menyembunyikannya dan menahan dirinya sampai mati, maka ia mati syahid. Datang dari
hadits palsu (no.409)

18. Bid’ahnya keyakinan dan pengamalan: Tuntutlah ilmu meskipun sampai ke negeri
cina!? Datang dari hadits yang batil. (no.416)

19. Bid’ahnya pengamalan shalat sunat di antara Maghrib dan Isya dnegan ketentuan
jumlah raka’at 6 atau 20 raka’at. Datang dari hadits-hadits palsu dan sangat lemah. (no. 467,
468, 469)

20. Bid’ahnya keyakinan: satu kebaikan untuk setiap rambut dan bulu dari hewan yang
dikurbankan. Datang dari hadits palsu. (no.527)

21.Bid’ahnya keyakinan: shalat sunat dua raka’at dari orang yang telah nikah lebih utama
70 atau 82 raka’at dari orang yang belum nikah!?. Datang dari hadits-hadits palsu dan batil.
(no. 639, 640)

22. Bid’ahnya mengusap muka dengan tangan kanan selesai shalat. Datang dari hadits
palsu dan sangat lemah. (no.660, 1058, 1059)

23. Bid’ahnya keutamaan berdiri ketika mendengar azan. Datang dari hadits palsu. (no.711)

24. Bid’ahnya: mengusap tengkuk kepala, ketika wudhu’. Datang dari hadits palsu. (no. 69,
744)

25. Bid’ahnya keyakinan: bahwa do’a orang tua untuk anaknya seperti do’anya Nabi
Shalallahu alaihi wa sallam untuk umatnya. Datang dari hadits palsu. (no.786)

26. Bid’ahnya keutamaan dan perintah memakai tongkat meskipun tanpa sebab. Datang
dari hadits palsu. (no.916)

27. Bid’ahnya pengamalan: menarik ma’mum di shaf pertama untuk menemaninya di shaf
kedua, apabila ia berdiri sendirian di shaf kedua. Datang dari hadits-hadits dha’if dan sangat
lemah. (no. 921, 922)

28. Bid’ahnya: Khotbah Idul Fithri dan Adhha di atas mimbar. Datang dari hadits dha’if
(no.963)

29. Bid’ahnya: Khotbah Jum’at sambil memegang tongkat di atas mimbar tanpa udzur
atau sebab yang dibenarkan seperti sakit atau karena tua. Datang dari hadits yang tidak
ada asal-usulnya. (no. 964)
 
30. Bid’ahnya: Shalat Sunat qabliyah jum’at 2 atau 4 raka’at. Datang dari hadits-hadits yang
batil, munkar dan sangat lemah. (no. 1001, 1016, 1017)

31. Bid’ahnya: keyakinan bahwa: umatku akan berpecah belah menjadi 73 firqoh
(golongan), semuanya masuk surga, kecuali satu firqoh yaitu kaum zindiq!!!, datang dari
hadits palsu. Yang sah dan mutawatir sebaliknya: 72 firqoh terancam neraka sedangkan yang
satu firqoh dijanjikan surga. (no. 1035)

32. Bid’ahnya qunut subuh terus-menerus. Datang dari hadits dha’if munkar. (no.1238)

33. Bid’ahnya bacaan: “Allahumma ajirni minannaar 7x sesudah shalat Maghrib dan
Subuh. Datang dari hadits dha’if. (no.1624)

34. Bid’ahnya Shalat Hajat. Datang dari hadits dha’if. (no.2) [3]

35. Bid’ahnya mengazankan bayi yang baru lahir. datang dari hadits dha’if, sangat lemah
dan maudhu’ (no.32, 33)

36. Bid’ahnya bulan ramadhan di bagi menjadi tiga: Rahmat, Maghfirah, dan pembebasan
dari Api Neraka (‘itqun minannaar). Datang dari hadits-hadits dha’if dan sangat lemah. (no.
53, 54)

37. Bid’ahnya bacaan berbuka puasa: Allahumma laka shumtu....dst, Datang dari haditshadits
lemah dan sangat lemah. (no.53, 54)

38. Bid’ahnya Shalat Nishfu Sya’ban. Datang dari hadits-hadits lemah dan sangat lemah. (no.
106, 107, 108)

39. Bid’ahnya mengusap muka dengan kedua telapak tangan selesai berdoa. Datang dari
hadits-hadits yang lemah dan sangat lemah. (no. 106, 107, 108)
 
40. Bid’ahnya doa ketika akan makan: Allahumma baariklanaa fimaa razaqtanaa wa qinaa
azaabannaar. Datang dari hadits - hadits yang sangat lemah. (no. 245)

7.Ghuluw (berlebihan) di dalam ibadah:
Penulis berkata: Ketahuilah bahwa Agama telah melarang kepada kita dua hal yang
sangat mendasar:
pertama: bersikap Ghuluw (berlebihan) di dalam beribadah melampaui batas dari apa apa
yang Allah dan Rasul-Nya tetapkan.
kedua: Taqshir yakni mengurangi hak kewajiban atau tegasnya meninggalkan apa yang Allah
perintahkan dan mengerjakan apa yang Allah larang.

Ketahuilah !! Bahwa tidak ada satu pun Agama di dunia ini selain Islam melainkan telah
disifatkan dengan ghuluw atau taqshir. Ambil misalnya, Yahudi dan Nashara. Yang pertama:
taqshir sedangkan yang kedua: ghuluw. yang pertama “Maghdub” (dimurkai) yang kedua
“dhalin” (sesat).

Dimurkai karena meninggalkan perintah dan mengerjakan larangan. Sedangkan sesat karena
mereka telah membuat berbagai macam ibadah yang sama sekali tidak disyari’atkan oleh Allah
serta bersikap ghuluw. Mereka (Yahudi & Nashrani) yang mendapat bagian besar di dalam
Firman Allah di akhir surat al-Fatihah:
“ Bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (Al-
Fatihah:7)

Sebagaimana Sabda Nabi yang mulia shalallahu alaihi wa sallam:
“ Yahudi orang-orang yang dimurkai, dan Nashara orang-orang yang sesat.”
(HR. Tirmidzi di bagian kitab tafsir surat al-Fatihah, dan beliau mengatakan hadits ini hasan
gharib dari hadits Adi bin Hatim dalam hadits yang panjang. Imam Ahmad meriwayatkan di
Musnad-nya juz IV hal.378-379 dalam hadits yang panjang, sama dengan riwayat Tirmidzi
dengan lafazh:
“Sesungguhnya orang - orang yang dimurkai itu ialah Yahudi dan orang - orang yang
sesat itu ialah Nashara.”

Syaikhul Ibnu Taimiyyah menjelaskan di kitabnya al Iqtidha’ hal.5, Bahwa dicapnya
Yahudi dengan mendapat kemurkaan dan Nashara dengan kesesatan ada beberapa sebab
yang lahir dan batin.
 
Ringkasnya:Bahwa asal kekufuran Yahudi karena mereka tidak mengamalkan Ilmu mereka. Mereka
mengetahui kebenaran akan tetapi mereka tidak mengikutinya dengan perkataan dan
perbuatan atau tidak dengan perkataan dan tidak dengan perbuatan dan
bahwa asal kekufuran Nashara karena mereka telah beramal dengan tanpa Ilmu. Mereka
bersungguh-sungguh di dalam berbagai macam Ibadah yang Allah sama sekali tidak pernah
syari’atkan. Mereka mengatakan atas nama Allah dengan tanpa ilmu.

Oleh karena itu kaum Salaf seperti Sufyan bin ‘Uyaynah dan lain-lain mengatakan:
“Ulama kita yang rusak serupa dengan Yahudi. Sedangkan Ahli Ibadah kita yang rusak seperti
Nashara.”

Ketahuilah !! bahwa tidak satupun firqoh di dalam Islam -kecuali salaf- melainkan telah
disifatkan dengan taqshir dan ghuluw.
 
8. Setiap Ibadah yang dimutlakan oleh Agama, kemudian manusia mengaitkannya
dengan beberapa kaitan seperti: tempat, waktu, sifat atau bilangan.
 ***
[disalin dari kitab Risalah Bid’ah Pustaka Mu’awiyah bin Abi Sufyan
Buah pena: Ustad Abdul Hakim Amir Abdat]
 
ditulis ulang oleh: http://almanhajsalaf.blogspot.com/

Footnote:
[1] Ilmu Ushulil Bida’ hal.75 -90
[2] Nomor Hadits dari kitab Silsilatul Ahaadits Adh-Dha’ifah Wal Maudhu’ah karya besar dari Ahli Hadits
besar, Mujtahid mutlak, Imam mujaddid Muhammad Nashiruddin al Albani. Dari mulai contoh no.1 S/d no.33
[3] Nomor dari kitab saya Hadits - hadits dha’if dan maudhu’ jilid I. dari mulai no. 34 s/d no.40

1 komentar:

Zainal Abidin Imam mengatakan...

belajar kepada anda melalui internet tanpa saya tau siapa anda dimana anda belajar apakah anda itu orang yang bisa saya percaya inilah bidah bagi saya.. jadi saya belajar kepada anda melalui internet itu bidah hasanah... atau bidah dolalah.. atau sunnah?

Posting Komentar

Template by:
Free Blog Templates

 
hostgator coupons